Sabtu, 30 Oktober 2010

KETAKWAAN SEBAGAI ENERGI SPIRITUAL DALAM MEMBINA MORAL BANGSA

KETAQWAAN SEBAGAI ENERGI SPIRITUAL
DALAM MEMBINA MORAL BANGSA
Oleh : H.Muktillah, S.Ag, MM.Pd


الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الحمد لله المنعم على من أطاعه واتّبع رضاه المنتقم على من خالفه وعصاه الذى يعلم ما أظهره العبد ومااخفاه المتكفّل بإرزاق عباده فلا يترك احدا منهم ولا ينساه. أحمده سبحانه وتعالى على مااعطاه. أشهد أن لا اله إلاّ الله وحده لا شريك له وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله الّذى اختاره الله واصطفاه. اللّهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله وصحبه زمن وّالاه. أمّا بعد
فياأيهاالناس اتقوا الله حقّ تقواه واعلموا أنّ يومكم هذا يوم عظيم, وعيد كريم, احلّ الله لكم فيه الطعام وحرّم عليكم فيه الصّيام فهو يوم تسبيح وتحميد وتهليل وتعظيم وتمجيد. فسبّحوا ربّكم فيه وعظّموه وتوبوا إليه واستغفروه.

Hari ini kita menang lagi. Kita penuhi dan gemakan takbir, tauhid dan tahlil untuk merayakan kemenangan ini. Perasaan kita hari ini seperti perasaan seorang pengembara yang menemukan oase ditengah gurun. Ramadhan adalah oase iman yang menghapus dahaga spiritual kita selama sebelas bulan. Perasaan kita hari ini seperti perasaan seorang petani dihari panen: Bibit yang ia tanam kini berbuah, dan lelah yang mendera tubuh saat menanam hilang lenyap di saat panen. Ramadhan adalah musim semi kebaikan: Diawal, ditengah dan diakhirnya kita menanam, dan hari ini kita menuai maghfirah, rahmah dan pembebasan dari neraka. Kita kembali ke fitrah.
Diujung setiap perjuangan yang panjang, kelelahan-kelelahan yang kita rasakan, selama itu akan hilang saat kita memetik buah. Seperti hari ini, lapar dan dahaga itu lenyap seketika. Karena itu pikiran tentang menemukan oase bagi seorang pengembara gurun, atau memanen buah bagi petani, meraih kemenangan bagi seorang pejuang, akan memberikan energi kerja yang sangat dahsyat. Energi itulah yang membuat kita kuat menghalau rintangan, melawan tekanan, menolak godaan, memikul beban dan menikmati kelelahan.
Pikiran tentang kemenangan akhir adalah pelajaran spiritual paling penting yang kita pelajari dari puasa. Pikiran ini mampu membuat kita menunda kepuasan-kepuasan sementara yang sering menggoda dan menyesatkan serta menggantinya dengan kesabaran menanti kepuasan-kepuasan akhir yang lebih besar,lebih lama dan lebih permanen. Yang menyesatkan manusia didunia ini sesungguhnya adalah tergesa-gesa untuk merasakan kenikmatan dunia. Mereka misalnya mengejar dunia walaupun dengan cara korupsi, atau menjual diri bahkan bangsa. Mereka tidak bisa menunda kepuasan sementara dan menggantinya dengan kepuasan yang lebih besar dan permanen diakherat nanti. Seperti yang telah disinyalir oleh Allah dalam al-qur’an surat al-qiamah ayat: 20-21


“sekali-kali tidak(janganlah demikian) sebenarnya kami (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akherat.

Pikiran tentang kemenangan akhir itu membuat kita merasa bahwa apa yang kita korbankan hari ini sebenarnya tidaklah bernilai apa-apa dibanding dengan kenikmatan akhir yang akan kita peroleh di surga. Itu akan dapat memberikan keringanan jiwa untuk berkorban lebih banyak dan bekerja lebih giat.
Jika kita mampu melawan ketergesa-gesaan itu dan senantiasa berfikir tentang kemenangan-kemenangan akhir, maka kita akan menemukan energi spiritual yang dahsyat untuk menghadapi tantangan-tantangan kehidupan yang lebih besar, meremehkan godaan-godaan duniawi yang kerdil, melawan tekanan-tekanan kekalahan dan kegagalan sesaat, dan pada waktu yang sama, memberikan kita perasaan bermartabat serta harga diri yang tinggi. Energi spiritual itu memberikan kesabaran yang lebih panjang, stamina perjuangan yang tahan lama, ketuhanan dan ketegaran hati yang lebih kuat, rasa percaya diri yang tinggi sebagai pemenang akhir.

Allahu Akbar 3x Walilahilham
Sekarang, sekarang ini, kita membutuhkan energi spiritual itu untuk membangun kembali moral dan budi pekerti bangsa kita yang porak-poranda diterpa badai materialisme. Sekarang ini, kita membutuhkan energi spiritual itu untuk menyembuhkan masyarakat kita dari berbagai penyakit sosial seperti pelacuran, narkoba dan perjudian. Sekarang, sekarang benar, kita membutuhkan energi spiritual itu untuk memperbaiki nasib bangsa kita yang malang begini, yang terpuruk begini, yang miskin, bodoh dan terbelakang, yang bahkan tidak berdaya melepas diri dari belenggu krisis. Sekarang, sekali lagi sekarang, kita membutuhkan energi spiritual itu untuk melawan tirani dan korupsi yang semakin merajalela dan terbuka.
Ibarat sebuah kapal, bangsa kita saat ini menghadapi badai krisis multidimensi. Tapi sebagai penumpang kapal itu justru asyik berjudi dan melacur, sementara penumpang lainnya sibuk menjarah uang negara dan rakyat. Lebih dari itu, sang nahkoda bahkan tidak pernah tahu kemana sebenarnya arah perjalanan kapal kita. Ada orang-orang baik didalam kapal itu tapi mereka seperti tidak tahu harus berbuat apa. Dan jika mereka tahu harus berbuat apa, mereka tidak punya cukup energi spiritual untuk melakukan apa yang harus merek lakukan. Terlalu banyak ironi dalam kapal itu. Para koruptor menjadi orang-orang terhormat. Orang-orang linglung menjadi nahkoda kapal. Para reformis terkucil dan terisolasi.
Mungkin bukan krisis multi dimensi ini benar yang kita resahkan. Mungkin bukan keterpurukan benar yang kita risaukan. Mungkin bukan 40 juta penganggur, atau korupsi 30 persen dari anggaran, atau pelacuran, atau pengedaran narkoba atau perjudian, yang memilukan hati kita. Tapi yang lebih meresahkan, merisaukan dan memilukan hati adalah bahwa ketika itu semua terjadi justru mengalami kelangkaan nilai-nilai ketaqwaan kepada Allah swt.
Itu yang membuat kita tampak lucu dalam sejarah: bahwa tantangan-tantangan kita terasa lebih besar dari kapasitas kita, bahwa orang-orang indonesia tampak terlalu kerdil untuk persoalan-persoalan yang mereka hadapi, bahwa negeri yang dulu dilukiskan oleh Multatuli sebagai “Zamrud Katulistiwa” atau oleh Syeh Ali Al-Tantawi sebagai “Sepenggal Firdaus dibumi”. Akan hancur ditangan bangsanya sendiri yang terlalu kerdil untuk menghadapi persoalan-persoalan besar.
Energi spiritual yang kita peroleh selama bulan Ramadhan adalah energi ketaqwaan. Energi taqwa inilah yang semestinya harus dimiliki oleh setip orang (pahlawan) yang ingin memberantas kebathilan. Karena puasa yang telah kita jalankan selama sebulan penuh tiada lain hanyalah untuk menjadikan manusia-manusia yang memiliki nilai-nilai ketaqwaan. Walaupun memang ketaqwaan tidak cukup didalam lisan saja, tapi harus dapat direalisasikan dalam bentuk yang konkrit (nyata).

Allahu Akbar 3x Walillahilham
Hadirin jama’ah sholat Id yang berbahagia.
Taqwa memiliki makna yang cukup kompleks, kalau kita lihat dari segi bahasa taqwa mengandung makna:

1. Tawadhu (rendah hati) dan Tawakkal
Tawadhu adalah suatu cahaya yang esensinya merupakan inti kepercayaan (iman), yang berarti pertimbangan yang cermat dan matang dalam menghadapi sesuatu yang dicela . Orang yang memiliki sifat rendah hati akan selalu berbuat baik pada orang lain dan tidak sombong atau angkuh dengan apa yang ia miliki. Karena ia merasa bahwa segala apa yang ada pada dirinya adalah semata-mata titipan dari Allah swt.
Sementara, makna kata tawakal secara harfiyah mempunyai pengertian sebagai penyerahan diri kepada Allah swt. Tidak merasa gentar terhadap kekuasaan duniawi, tidak pernah mengenal putus asa kepada rahmat Allah, tidak takut kehilangan kursi jabatan, pangkat kedudukan karena mempertahankan prinsip iman dan akidahnya.
Bagi orang yang tawakal menilai kehidupan dunia yang penuh glamour dan kemewahan hanyalah sesuatu yang datang untuk sementara. Hidup ini bagi seorang mukmin yang tawakal tidak lebih kecuali sebagai roda, sekali di bawah sekali di atas. Dalam kaca mata orang tawakal, kekuasaan seseorang itu selalu mengacu neracanya pada firman Allah swt QS.Ali Imran: 26



“Ucapkanlah “wahai Tuhan pemilik kekuasaan, kau limpahkan kekuasaan kepada siapa yang engkau kehendaki, dan engkau berkuasa merenggut kekuasaan itu dari siapa yang engkau kehendaki, kau berikan kemulyaan kepada siapa saja yang engkau kehendaki, dan engkau sangat berkuasa untuk menimpahkan kehinaan kepada siapa yang kau kehendaki. Dalam tanganMu segala kebaikan. Sungguh engkau maha kuasa atas segala sesuatu”.

Al-Qur’an al-Karim sangat menekankan unsur tawakal kepada Allah sebagai salah satu unsur psikologi yang dapat memberi inspirasi tentang kepercayaan diri dan ketenangan, dan menjauhkan rasa takut, sebagai salah satu cara untuk memiliki kekuatan. Sebab, tawakal melindungi seseorang dari kegelisahan jiwa yang merusak dan membangkitkan perasaan lemah dalam menghadapi kekuatan manusia atau alam yang memberikan ancaman diluar batas kemampuannya. Dengan demikian tawakal merupakan unsur pelindung dari ancaman sesuatu yang tidak diketahui atau tidak terlihat.

2. Qona’ah (Merasa Cukup)
Dalam upaya menciptakan kekuatan untuk melawan para penjajah dan kaum penindas serta orang-orang yang selalu membuat kebatilan dan kejahatan, hendaknya kita memiliki makna inti yang kedua dari taqwa yaitu sifat Qona’ah dan menjauhkan diri dari rasa tamak, yang membuat seseorang terdorong untuk membutuhkan orang lain, dan lemah menghadapi tuntutan kebutuhannya yang tidak pernah berhenti pada satu batas.
Rasa cukup terhadap apa yang ada pada diri sendiri, merupakan ungkapan tentang kecukupan diri sehingga membuat seseorang tidak mengerahkan kemampuan dan potensinya untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan dan disukainya sampai diluar batas aturan agama.

3. Warra’ (kehati-hatian dalam memilih sesuatu)/selektif
Kata warra’ secara tersurat tidak terdapat dalam al-quran. Secara harfiyah, warra’ diartikan menahan diri, berhati-hati atau menjaga diri supaya tidak terjatuh pada kecelakaan. Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam “Madarij as-Salikin” mengutip al-qur’an surat al-Muddatsir ayat 4 sebagai dasar perintah untuk Warra’ :

“ Dan pakaianmu, bersihkanlah”.

Menurut Qotadah dan Mujahid : Makna ayat ini ialah bahwa kita diperintahkan untuk membersikan diri dari perbuata-perbuatan jahat dan maksiat (dosa).

4. Istiqomah
Istiqomah dapat diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang melahirkan sikap konsisiten dan teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik.
Abu Ali ad-Daqqaq berkata: “ Ada tiga derajat dalam pengertian Istiqomah, yaitu menegakkan atau membentuk sesuatu (Taqwim), Menyehatkan dan meluruskan (Iqomah) dan berlaku lurus (Istiqomah). Taqwim menyangkut disiplin jiwa, Iqomah berkaitan dengan penyempurnaan dan Istiqomah berhubungan dengan tindakkan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Sikap Istiqomah menunjukkan kekuatan iman yang merasuki seluruh jiwa, sehingga tidak mudah goncang atau cepat menyerah pada tantangan, halangan dan rintangan serta tekanan. Orang yang memiliki jiwa istiqomah adalah type manusia yang merasakan ketenangan luar biasa, walau secara dhohiriyah terkadang kelihatan gelisah. Mereka merasa tentram dikarenakan seluruh rangkaian ibadahnya didasari cinta (mahabbah) kepada Allah swt. Sehingga tidak ada rasa takut apalagi keraguan. Sebagaimana firman Allah QS. Ali Imran : 139

“ Janganlah kamu bersikap lemah dan bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang tinggii derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman”.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
Hadirin Jamaah Sholat Id Rahimakumullah
Demikianlah makna ibadah puasa kita yang dilakukan selama sebulan penuh, sungguh merupakan suatu training (latihan) yang tinggi bagi mental dan fisik manusia. Juga merupakan gelanggang perjuangan yang maha hebat untuk mengatasi dan mengendalikan hawa nafsu yang menjadi sumber kehinaan dan kebinasaan manusia. Dan yang paling utama, puasa merupakan materi ujian ketaatan manusia kepada Allah swt. Karena dengan ibadah puasa yang baik danbenar akan mendapat predikat ketaqwaan dan renking utama kemulyaan mausia. Dengan ketaqwaan inilah hidup yang dipenuhi berbagai macam kedhaliman, kerakusan, kemaksiatan dan kemungkaran akan dapat diatasi, atau paling tidak dapat di netralisir. Seperti yang digambarkan dalam QS. Al-A’raf : 96


“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Dan Allah juga telah memberikan kepastian dan keyakinan kepada hambanya yang bertakwa berupa identitas yang layak lagi baik, seperti dalam QS. Al-Hujuraat : 11

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Oleh karena itu, dihari yang fitri ini marilah kita memperbanyak takbir, tahmid dan tahlil. Semoga Allah swt memberikan kemenangan yang hakiki serta menerima segala amal ibadah kita pada bulan romadhan, sehingga kita memperoleh predikat Taqwa yang sebenar-benarnya. Dan semoga Allah melimpahkan perlindungan dan hidayahnya kepada kita dalam menjalankan aktifitas-aktifitas kita pada bulan-bulan yang akan datang, semoga kita dapat menghadapi kedholiman-kedholiman di negeri yang kita cintai ini. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar