Selasa, 12 Oktober 2010

HAJI : GLADI RESIK KEMATIAN
Oleh : Bang Haji Mukti
Haji adalah rukum Islam yang kelima, yang dilaksanakan oleh orang-orang yang mampu, dimulai dari bulan syawal sampai bulan Dzulhijjah. Setiap kaum muslimin mendambakan untuk bisa menunaikan ibadah haji, karena ibadah haji itu unik dan menarik. Keunikan Ibadah haji terletak pada pelaksanaannya yang dibarengi dengan ibadah-ibadah lain, seperti Umroh dan berziarah ketempat-tempat suci dan bersejarah. Menariknya, karena dalam ibadah haji banyak tawaran-tawaran balasan (pahala) yang dapat menyelamatkan kehidupan dunia dan akhirat serta memiliki kenangan yang berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya. Seperti yang terukir dalam hadis Nabi : “ Haji yang mabrur tidak ada balasannya, kecuali surga”.
Dengan keunikan dan ketertarikannya itu sehingga banyak kaum muslimin berbondong-bondong mendaftarkan diri walaupun harus menunggu beberaapa tahun. Mereka rela antri (daftar tunggu) menunggu giliran untuk berangkat ketanah suci. Banyak jalan untuk dapat menunaikan ibadah haji,diantaranya adalah dengan menabung atau arisan. Bahkan ada yang membiayai, seperti yang kita ketahui: Pertama; adalah orang yang beruntung karena ditunjuk oleh pemerintah untuk menjadi pembimbing atau petugas yang melayani keperluan jamaah, jalan ini menurut sebagian orang sebagai “ Haji Nurdin Kosasih” (Haji Nurut dinas dan Ongkos Dikasih). Kedua, Sebagai tokoh Umat Islam yang dipilih perusahaan ONH-Plus untuk menyertai dan membimbing jamaah. Ketiga, “Haji Bonus” karena memenangkan perlombaan, seperti MTQ. Atau memenangkan sebuah hadiah. Keempat, “Haji Rekanan” yaitu Rekanan menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang menguntungkan dengan memberikan tiket haji, Kelima, “Haji Bisnis”, yaitu Penyelenggara bisnis haji.
Ini satu bukti bahwa ibadah haji memiliki daya tarik yang eklusif (istimewa). Dengan keistimewaan yang terdapat dalam ibadah haji, sehingga banyak orang yang merindukan dan mendambakannya untuk dapat menunaikannya, walaupun sudah pernah berhaji, bahkan berulang kali.
Latihan Kematian
Haji merupakan ibadah yang memerlukan persiapan-persiapan matang, baik fisik maupun non fisik. Secara fisik kita harus prima, karena dalam pelaksanaannya banyak memerlukan energi atau tenaga ekstra. Dari segi non fisik, jiwa kita harus siap dan mantap dengan niat yang baik lagi benar tanpa ada beban dan ganjalan dalam hati serta pikiran. Semata-mata hanya untuk memenuhi panggilan Allah SWT.
Mengutip pendapat Kang Jalal (Jalaludin Rahmat) dalam buku Renungan-Renungan Sufitik, Bahwa Haji merupakan Gladi Resik (Latihan) untuk kembali kepada Allah swt. Haji adalah Latihan kematian, karena kita meninggalkan tanah air, meninggalkan keluarga dan tetangga, meninggalkan pekerjaan dengan niat yang satu; yaitu ingin menemui Allah swt. Hal ini sejalan dan sejalin dengan makna kalimat Talbiyah : “ Ya Allah, kini aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu,.......”
Bukan maksud untuk menakut-nakuti Jamaah haji, namun sekedar memberikan sumbangan pemikiran bagi kaum muslimin yang pada tahun ini akan berangkat ke tanah suci atau saudara-saudaraku yang belum dapat giliran, bahwa haji merupakan ibadah yang memerlukan keteguhan hati, kebersihan dan ketulusan niat serta kesiapan batin. Ibarat menghadapi sebuah kematian, kita harus pasra (nerimo) atas ketentuan Allah swt sebagai dzat yang maha berhak dari segala apa yang kita miliki, termasuk diri kita.
Ibnu ‘Arabi, dalam kitab al-Futuhat al-Makkiyah (Keterbukaan di Makkah) menjelaskan, bahwa kita akan kembali kepada Allah dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang kembali dengan terpaksa ( ruju’ idhthirori ). Ada pula yang kembali dengan sukarela (ruju’ ikhtiyari). Kembali yang kedua inilah yang dilakukan oleh jamaah haji, seperti yang disebutkan dalam al-qur’an : “ Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kamu kepada Tuhanmu. Tuhanmu ridha kepadamu, kamupun ridha kepada Tuhanmu..........” (QS. 89:27).
Dengan kepasrahan dan keridhoan yang penuh kepada Allah swt, saya yakin harapan dan keinginan untuk menjadi haji mabrur akan didapat dan melekat. Dengan predikat kemabruran sebagai hasil dari training ruju’ ikhtiyari (menghadap Allah dengan senang hati), maka akan memiliki jiwa yang tenang dalam mengarungi kehidupan ini.
Akhirnya, saya panjatkan sebuah do’a : Ya Allah, berkatilah tamu-tamu-Mu dengan perbekalan yang cukup, bantulah mereka dalam menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji, Sirami mereka dengan ridha dan karunia-Mu, sejukkan hati dan jiwa mereka dengan kalimat-kalimat thoyibah-Mu, cucilah hati mereka dengan air zam-zam-Mu”. Selamat jalan tamu-tamu Allah (dhuyufur Rohman), semoga selamat sampai tujuan. Sampaikan salam kami kepada Rosulullah Muhammad saw. Do’akan kami, pemimpin-pemimin kami, keluarga kami, rakyat kami seluruh saudara kami, semoga menjadi masyarakat yang damai dan sejahtera. Kunanti kedatangan wajah barumu yang dibalut dengan kesucian jiwa, kesejukan aura batinmu serta kedalaman imanmu. Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar